Berbagi dan Sharing · Riwayat Cerita

Ketika diLain waktu

tumblr_lsd9kdTvSi1r425wgo1_1280
Sumber foto : Tumblr cinta senja

Halo semuanya, sebelum aku mau menulis siapkan earphone ya, biar makin enak baca tulisan aku ;-).  Ga kerasa ya udah habis malem minggu dan kita juga udah melewati hari senin, gimana untuk hari senin ini baik-baik aja atau justru ada hal hal buruk untuk hari ini. Apapun hasilnya hari ini selalu bersyukur ya buat semuanya,

well sebelum saya melajutkan tulisan aku, alangkah baiknya play dong lagu yang bakal aku kasih link berikut ini, supaya jadi abdol dengerin di mlm hari ini, langsung aja ya 😉

Terkadang aku ingin berdoa seraya menangis kencang dalam kebisuan pada malam-malam lalu. Memperlihatkan kelemahanku pada Tuhan bahwa tidak semua lelaki dapat menahan kerinduan terhadap perempuannya.

Entah kapan kita pernah berjanji untuk bertemu, setelah sekian lama aku menabung pundi-pundi rindu yang kusimpan di dalam dadaku yang kian meringkih akibat harapanku sendiri dari waktu ke waktu.

Namun sayangnya penantian tak pernah sederhana, dan sayangnya penantian tak selalu menghasilkan temu. Kau tau? Aku selalu menghargai waktu dengan tidak membahasnya saat bersamamu. Kau tau? Setiap pertemuan adalah bom waktu menuju perpisahan hingga tiba saatnya entah dengan alasan apa di ujung jalan kita melepas genggaman.

Kau tau?

Tak ada yang benar-benar selamat dalam ucapan selamat tinggal.

Mungkin di lain hari kita akan bertemu kembali. Aku ingin melihat siapa di antara kita yang senyumnya paling bahagia.

Bersiaplah, bila suatu hari waktu itu tiba.
Kita berdua sama-sama hilang

Malam semakin hingar dengan suara kesunyian. Bunyi kaki jangkrik yang bergesek bersatu padu dengan keheningan. Wajah kusam, rambut berantakan, mata yang melotot bak burung hantu yang lelah terjaga, sebotol bir hitam, serta udara dingin yang lebih tajam dari pisau pembelah daging seakan belum cukup menujukkan ketersiksaan pikiran yang kalut.

Sembari menikmati beberapa tegukan kecil kopi yang kupesan, aku menatap deretan tombol keyboard laptop yang berwarna hitam dengan perasaan yang aneh. Pikiranku menerawang…

Pada  malam ini, kurang lebih pukul sembilan kurang , aku baru saja tiba di rumah. Sebelumnya, aku baru saja bertemu dan berkumpul sambil menikmati kopi dengan beberapa teman di kafe yang sama dengan tempatku menulis tulisan ini. Dengan pikiran yang berkecamuk, aku mencoba tetap mengontrol diri agar terlihat baik-baik saja agar topik obrolan kami tidak terganggu.

Setelah memasukkan mobil ke dalam rumah, aku tak lantas membuka pintu kamar dan melempar diri ke permukaan kasur untuk segera tidur. Aku memilih merebahkan diri di sofa ruang tamu dengan keadaan gelap gulita.

Setelah tulisan aku mulai menulis tulisan ini tercipta, tiba-tiba muncullah pertanyaan ini.

“Bagaimana jika kau mencintanya, namun kau ragu dengan dirimu sendiri?

“Bagaimana jika kau mencintainya, namun kau takut cintamu diabaikan?

“Bagaimana jika kau mencintainya, namun kau berpikir nantinya hanya akan berakhir sia-sia?

Bagaimana?

Kalimat tanya itu seolah tak habis menggerogoti pikiranku yang sudah lelah dan ingin terlelap. Aku mencoba mencerna jawaban yang tepat untuk semua pertanyaan itu, namun aku malah balik bertanya… ,

Jika kau memang mencintainya, kenapa kau bertanya?

Mungkin karena kita tak ingin membuang waktu untuk mencintai orang yang salah atau dalam keadaan yang salah. Mungkin karena kita tak ingin patah hati lagi. Mungkin karena kita melihat diri kita sebagai seorang yang tidak memiliki apa-apa. Begitu kan? Atau mungkin karena kita merasa jatuh cinta pada seseorang setelah sekian lama mati rasa? ,

Kurasa, semua pertanyaan itu hanya terjawab dengan keyakinan yang lahir dari dalam hati kita sendiri. Kita hanya harus yakin dengan perasaan sendiri. Kita hanya harus berani mengambil risiko bertaruh harapan jika nantinya gagal. Dan yang terpenting adalah…, kita harus berani memperjuangkannya.

Orang yang jatuh cinta sejatinya tidak memiliki apapun selain rasa cinta itu sendiri.

Satu-satunya orang yang mengerti keadaan adalah diri kita sendiri. Kita hanya harus yakini. Jangan menjudikan harapan dengan prediksi-prediksi yang tercipta dari rasa penasaran. Jangan merendahkan diri dengan membandingkan diri dengan orang-orang lain yang juga mencintainya. Lawan rasa takut dan semua trauma itu.

Mencintai seseorang dengan sebaik-baiknya bukanlah perkara mudah, karena kita harus berkali-kali berhenti menyerah. ,

Jika pada akhirnya memilih menyerah, entah sebelum atau sesudah mencoba. Siapkah kamu tetap mencintainya tanpa harus mendengar suara tawanya, melihat senyumnya, mengenggam tangannya, mengecup keningnya, dan memeluk tubuhnya?

Siapkah kamu melihat dia dibahagiakan orang lain? Siapkan kamu mencintainya hanya dengan berdoa?
Silakan tanya pada dirimu sendiri. 😉

5 thoughts on “Ketika diLain waktu

  1. Jika berpisah, mungkin agak kurang pas kalau kita bilang “selamat tinggal”. Saya menyarankan “sampai jumpa”, karena cuma Tuhan yang tahu apakah kita akan dipertemukan lagi, atau tidak.
    Hn, saya kurang ahli dalam cinta jadi saya tak tahu harus berkomentar apa. Tapi satu, cinta adalah hal yang baik apabila disalurkan untuk tujuan yang suci dan murni. Jadi, ada kalanya kita mesti menjaga dan mempertahankannya supaya tetap menyala :hehe.

    1. selamat tinggal disini ga berarti kita putus silahturahmi dgn si dia, melainkan agar masing2 intropeksi diri saat mengejar masa depan masing2.. kelak suatu saat jika memang jodoh pasti akan kembali…

      1. Iya ya Mas, kita cuma perlu menunggu sampai hari itu tiba. Kalaupun tak tiba, ya setidaknya kita pernah punya kenangan indah :)).

  2. Mencintai seseorang yang belum pasti sudah lama aku tinggalkan.
    Saat ini hanya berusaha “menjadi” yang dicintai bukan “mencari” siapa yang aku cintai… save my heart.

Leave a reply to kekekenanga Cancel reply